Keraton Mangkunegaran dan Keraton Surakarta Hadiningrat
Table of Contents
Pendopo merupakan sebuah Joglo dengan memiliki empat saka guru (tiang utama) yang biasa digunakan untuk resepsi dan pementasan dari tarian tradisional Jawa. Terdapat seperangkat gamelan yang dinamakan Kyai Kanyut Mesem. Gamelan yang sebagaian besarnya masih lengkap ini biasanya akan dimainkan pada hari-hari tertentu sebagai pengiring latihan tarian tradisional.
Di dalam Dalem terdapat Pringitan, sebuah rungangan dimana keluarga menerima para pejabat. Ruangan ini juga biasa digunakan untuk pementasan wayang kulit. Di dalam pringitan, terdapat beberapa lukisan hasil karya dari Basuki Abdullah, seorang pelukis kenamaan Solo.
Keraton Mangkunegaran |
Pura Mangkunegaran ini juga memiliki perpustakaan yang biasa disebut dengan nama Rekso Pustoko. Koleksi berbagai topeng tradisional yang asalnya dari berbagai daerah yang ada di Indonesia, seperti Solo, Jogjakarta, Cirebon, Madura dan Bali.
Beberapa koleksi topeng yang berasal dari China. Disini para pengunjung bisa mendapatkan berbagai macam jenis souvenir dan cinderamata yang bisa dibeli di Pare Anom art shop. Pura Mangkunegaran ini dibuka untuk umum setiap hari pada pukul 09.00-14.00, pada hari Jumat pukul 09.00-12.00, jika hari Minggu dibuka pukul 09.00-14.00. Disini juga terdapat beberapa koleksi kereta yang biasanya digunakan untuk upacara-upacara tradisional.
Keraton Surakarta Hadiningrat |
Kompleks dari keraton ini juga dikelilingi dengan baluwarti, yaitu sebuah dinding pertahanan yang memiliki tinggi 3-5 meter dengan tebal sekitar 1 meter tanpa anjungan. Dinding ini melingkungi sebuah daerah yang berbentuk persegi panjang dengan lebar sekitar 500 meter dan panjangnya sekitar 700 meter. Kompleks dari keraton yang lokasinya berada di dalam dinding adalah Kemandungan Lor/Utara sampai dengan Kemandungan Kidul/Selatan. Kedua kompleks tersebut yaitu Siti Hinggil dan Alun-Alun tidak dilingkupi oleh tembok pertahanan tersebut.
Berdasarkan sumber dari buku yang berjudul Babad Tanah Djawi versi L. van Rijckevorsel & R.D.S. Hadiwidjana (1925), Kesultanan Mataram sudah berdiri pada abad 17. Pada waktu Amangkurat III menjadi seorang raja, VOC kemudian mengangkat Pangeran Puger sebagai seorang raja karena Amangkurat III telah menentang VOC. Akibatnya Mataram mempunyai dua raja dan ini menyebabkan sebuah perpecahan internal. Kekacauan politik baru bisa diselesaikan pada pemerintahan Pakubuwana III setelah pembagian dari wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Surakarta pada tanggal 13 Februari 1755.
Pembagian dari ke 2 wilayah ini telah tertuang dalam Perjanjian Giyanti. Dengan adanya cerita yang demikian membuat sebagian masyarakat Jawa juga beranggapan bahwa Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta merupakan ahli waris dari Kesultanan Mataram.
Keraton Surakarta Hadiningrat adalah salah satu pusat kebudayaan Jawa yang sampai saat ini masih ada. kutipan yoshiewafa.blogspot.com dari kratonsurakarta.com.